HIPERBILIRUBINEMIA

.
A. DEFINISI
Hiperlirubin adalah akumulasi berlebihan dari bilirubin didalam darah ( Wong, hal
432 )Keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir, yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga terjadi perubahaan warna menjadi kuning pada kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya.
# Biasa ditemukan pada bayi baru lahir à minggu I
# Kejadian ikterus à 60 % bayi cukup bulan & 80 % à kurang bulan
# Perhatian utama à ikterus pada 24 jam pertama & bila kadar bilirubin ↑ > 5mg/dl dalam 24 jam
# Keadaan yang menunjukkan ikterus patologik :
- Proses hemolisis darah
- Infeksi berat
- Ikterus > 1 mgg serta bilirubin diketiak > 1 mgg / dl 

B.ETIOLOGI
# Hemolisis akibat inkompatibilitas golongan darah A,B,O atau defisiensi enzim gangguan Pembuluh Darah
# Perdarahan tertutup
# Inkompatibilitas golongan darah Rh.
# Infeksi à utama terjadi pada penderita sepsis & gastroenteritis
# Hipoksia / anoksia
# Dehidrasi
# Asidosis
# Polisitema
# Physiologik ( perkembangan ) / faktor prematur
# Menyusui / Asi
# Kelebihan produksi bilirubin (seperti penyakit hemolytik, kerusakan biochemikal)
# Gangguan kapasitas sekresi konyungasi bilirubin dalam hati ( seperti : def. Enzyme, Obisitas, duktus empedu )
# Beberapa penyakit ( seperti : hypotiroidism, galaktosemia, diabetes ibu / bayi )

C. PATOFISIOLOGI
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan bebab bilirubin pada streptucocus hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi apabila kadar protein-Z dan protein-Y terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan anoksia/hipoksia, ditentukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukuronii transferase) atau bayi menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatika. Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan jaringan otak. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifat indirek ini yang memungkinkan efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas. Berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat yang karena trauma atau infeksi.

D. MANIFESTASI KLINIS
♦ Kulit tampak berwarna kuning terang sampai jingga (pada bayi dengan bilirubin indirek).
♦ Anemia
♦ Petekie
♦ Perbesaran lien dan hepar
♦ Perdarahan tertutup
♦ Gangguan nafas
♦ Gangguan sirkulasi
♦ Gangguan saraf

E. KOMPLIKASI
a) Bilirubin encephahalopathi
b) Kernikterus ; kerusakan neurologis ; cerebral palis, retardasi mental, hyperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinat otot dan tangisan yangmelengking.
c) Asfiksia
d) Hipotermi
e) Hipoglikemi

F. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama adalah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan kernikterus/ensefalopati biliaris, serta mengobati penyebab langsung ikterus. Konjugasi bilirubin dapat lebih cepat berlangsung ini dapat dilakukan dengan merangsang terbentuknya glukuronil transferase dengan pemberian obat seperti luminal atau agar. Pemberian substrat yang dapat menghambat metabolisme bilirubin (plasma atau albumin), mengurangi sirkulasi enterohepatik (pemberian kolesteramin), terapi sinar atau transfusi hikan, merupakan tindakan yang juga dapat mengendalikan kenaikan kadar bilirubin. Penghentian atau peninjauan kembali penyinaran juga dilakukan apabila ditemukan efek samping terapi sinar, antara lain: enteritis, hipertermia, dehidrasi, kelainan kulit (ruam gigitan kutu), gangguan minum, letargi dan iritabilitas. Efek samping bersifat sementara dan kadang-kadang penyinaran dapat diteruskan sementara keadaan yang menyertainya diperbaiki.

Pemeriksaan Diagnostik
1. Bilirubin serum
Direct : > 1 mg / dl
Indirect : > 10 mg % (BBLR), 12,5 mg % ( cukup bulan).
Total : > 12 mg / dl
2. Golongan darah ibu dan bayi  uji COOMBS
Inkompabilitas ABO – Rh
3. Fungsi hati dan test tiroid sesuai indikasi.
4. Uji serologi terhadap TORCH
5. Hitung IDL dan urine ( mikroskopis dan biakan urine)  indikasi infeksi
Terapi
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi tukar, Antibiotik, Fenobarbital dan Therapi Obat.
a) Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam kulit.
b) Transfusi tukar; apabila terkait dengan infeksi.
c) Fenobarbital; dapat mengekskresi bilirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi.
d) Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi).


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien dan keluarga
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat – obat yang
meningkatkan ikterus ex: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat
mempercepat proses konjungasi sebelum ibu partus.
b. Riwayat Persalinan
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan atau Data Obyektifkter.
Lahir prematur / kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoxin dan aspixin
c. Riwayat Post natl
Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat kulit bayi tampak
kuning.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak Polycythenia, gangguan saluran
cerna dan hati ( hepatitis )
e. Riwayat Pikososial
Kurangnya kasih saying karena perpisahan, perubahan peran orang tua
f. Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan ortu Þ bayi yang ikterus
3. Kebutuhan Sehari – hari
a. Nutrisi
Pada umumnya bayi malas minum ( reflek menghisap dan menelan lemah )
sehingga BB bayi mengalami penurunan.
b. Eliminasi
Biasanya bayi mengalami diare, urin mengalami perubahan warna gelap dan
tinja berwarna pucat
c. Istirahat
Bayi tampak cengeng dan mudah terbangun
d. Aktifitas
Bayi biasanya mengalami penurunan aktivitas, letargi, hipototonus dan mudah
terusik.
e. Personal hygiene
Kebutuhan personal hygiene bayi oleh keluarga terutama ibu
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum lemah, Ttv tidak stabil terutama suhu tubuh ( hipo / hipertemi ).
Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot ( kejang /
tremor ). Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan
mengelupas ( skin resh ) bronze bayi syndrome, sclera mara kuning ( kadang –
kadang terjadi kerusakan pada retina ) perubahan warna urine dan feses.

B. Diagnosa Keperawatan:
1. Kurang intake cairan dan nutrisi berhubungan dengan anoreksia.
2. Resiko gangguan tumbuh kembang sehubungan dengan fase lanjut hiperbilirubinemia.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pengalaman.
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek fototerapi.
5. Potensial perubahana peran orang tua berhubungan dengan gangguan interaksi orang tua – bayi karena tindakan fototerapi.
6. Potensial komplikasi : kern icterus berhubungan dengan peningkatan bilirubin serum efek dari imatur hepar.
7. Potensial komplikasi : konjungtivitis berhubungan dengan efek fototerapi.


C. INTERVENSI
1. Diagnosa Keperawatan 1 : Kurang intake cairan dan nutrisi berhubungan dengan anoreksia.
Intervensi :
a. berikan minum sesuai dengan kebutuhan.
b. Karena bayi malas minum, berikan dengan sendok.
c. Berikan minuman per sonde jika minuman tidak bisa diberikan melalui sendok.
d. Monitor output, urine dan feces.

2. Diagnosa Keperawatan 2 : Resiko gangguan tumbuh kembang sehubungan dengan fase lanjut hiperbilirubinemia.

Intervensi :
a. lakukan observasi tumbuh kembang anak sesuai dengan usia.
b. Lakukan monitoring dengan DDST.
c. Persiapkan kelurga dalam menerima anak dengan gangguan tumbuh kembang.

3. Diagnosa keperawatan 3 :Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pengalaman.

Intervensi :
a. berikan informasi tentang fisiologi dari penyakit anaknya.
Jawab pertanyaan yang dlontarkan oleh orang tua bayi sesuai dengan konsep.
Klarifikasi miskonsepsi.
Bila perlu sediakan / berikan buku tentang hiperbilirubinemia.
b. ikut sertakan keluarga dalam perawatan anaknya ( dengan jadwal dan waktu yang telah di tentukan).

4. Diagnosa kepearawatan 4 : Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek fototerapi.

Intervensi :
a. observasi keadaan kulit tiap 15 menit, catat dan laporkan bila ada rash.
b. Gunakan sabun yang lembut untuk membersihkan dan hindari penggunaan cairan yang bersifat abrasi.
c. Ubah posisi bayi tiap 1 jam saat terapi.
d. Berikan perlindungan pada daerah genetalia selama terapi, dan jaga supaya tetap bersih dan kering.

5. Diagnosa Keperawatan 5 : Potensial perubahan peran orang tua berhubungan dengan gangguan interaksi orang tua – bayi karena tindakan fototerapi.
Intervensi :
a. pertahankan kontak antara anak dengan orang tua, dengan cara libatkan keluarga dalam perawatan anaknya ( dengan jadwal dan waktu yang telah di tentukan).
b. Beri penguatan penjelasan fototerapi, alasan intervensi dan rencana keperawatan.
c. Tunjukkan batasan tugas orang tua dalam perawatan anak sakit dengan hiperbilirubinemia.
d. Matikan lampu terapi dan lepaskan pelindung mata bayi bila orang tua berkunjung sesuai periode waktu yang telah dipesankan oleh dokter.

6. Diagnosa keperawatan 6 : Potensial komplikasi : kern icterus berhubungan dengan peningkatan bilirubin serum efek dari imatur hepar.

Intervensi :
- kenali gejala dini / pencegahan peningkatan icterus.
Jika bayi telah terlihat kuning, lakukan kontak dengan sinar matahari pagi selama 15- 30 menit pada pukul 7 – 8 pagi.
Periksa/ monitor kadar bilirubin darah.
Berikan intake cairan yang cukup sesuai dengan kebutuhan.
Laporkan kepada dokter hasil pemeriksaan bilirubin darah, jika hasilnya 7 mg % atau lebih.
7. Diagnosa keperawatan 7 : Potensial komplikasi : konjungtivitis berhubungan dengan efek fototerapi.

Intervensi :
a. gunakan pelindung mata pada bayi saat terapi dilakukan.
b. Observasi keadaan mata selama terapi tiap 15 menit.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L.J, 1997, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6, Jakarta: EGC
Fakultas Kedokteran UI, 2000, Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid 2, Jakarta: Medi Aesculapius.
Mayer M, dkk, 1995, Pediatric Nursing, Singapure, McGraw – Hill Clinical Care Plans.
Nelson, 1990, Ilmu Kesehatan Anak bagian 1, Jakarta: EGC
Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC
Staf pengajar IKA FK UI, 2001, Ilmu Kesehatan Anak bagian 3, Jakarta: Bagian IKA FK UI
Tucker, dkk, 1998, Standar Perawatan Pasien edisi V volume 4, Jakarta: EGC