Alzheimer

.
Pengertian
Alzheimer merupakan penyakit dementia primer yang tersering. Penyakit Alzheimer (AD) adalah penyakit yang bersifat degeneraif dan progresif pada otak yang menyebabkan cacat spesifik pada neuron, serta mengakibatkan gangguan memori, berfikir, dan tingkah laku (Price dan Wilson, 2006).
Penyakit Alzheimer adalah penyakit progresif yang menmenyerang  memori dan fungsi mental penting lainnya.Ini adalah penyebab paling umum dari demensia - sekelompok gangguan otak yang menyebabkan hilangnya kemampuan intelektual dan sosial. Perubahan ini cukup mengganggu kehidupan sehari-hari.
Alzheimer bukan penyakit menular, melainkan merupakan sejenis sindrom dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan, sehingga otak tampak mengerut dan mengecil. Alzheimer juga dikatakan sebagai penyakit yang sinonim dengan orang tua.

Pada penyakit Alzheimer, hubungan antara sel-sel otak dan sel-sel otak itu sendiri merosot dan mati, menyebabkan penurunan mantap dalam memori dan fungsi mental.Obat penyakit Alzheimer saat ini dan strategi manajemen dapat memperbaiki gejala sementara. Hal ini terkadang dapat membantu orang dengan penyakit Alzheimer memaksimalkan fungsi dan mempertahankan kemerdekaan.Tapi karena tidak ada obat untuk penyakit Alzheimer, penting untuk mencari layanan dukungan dan memanfaatkan jaringan dukungan Anda sedini mungkin.

Epidemiologi
Secara epidemiologi dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup pada berbagai populasi, maka jumlah orang berusia lanjut akan semakin meningkat. Dilain pihak akan menimbulkan masalah serius dalam bidang social ekonomi dan kesehatan, sehingga aka semakin banyak yang berkonsultasi dengan seorang neurolog karena orang tua tersebut yang tadinya sehat, akan mulai kehilangan kemampuannya secara efektif sebagai pekerja atau sebagai anggota keluarga. Hal ini menunjukkan munculnya penyakit degeneratif otak, tumor, multiple stroke, subdural hematoma atau penyakit depresi, yang merupakan penyebab utama demensia.
Di Amerika, sekitar 4 juta orang menderita penyakit ini. Angka prevalansi berhubungan erat dengan usia. Sekitar 10%  populasi diatas 65 tahun menderita penyakit ini. Bagi individu berusia diatas 85 tahun, angka ini meningkat sampai 47,2%. Dengan meningkatnya populasi lansia, maka penyakit alzheimer menjadi penyakit yang semakin bertambah banyak. Insiden kasus alzheimer meningkat pesat sehingga menjadi epidemi di Amerika dengan insiden alzheimer sebanyak 187 : 100.000 per tahun dan penderita alzheimer 123 : 100.000 per tahun.
Menurut National Alzheimer's Association (2003), penyakit Alzheimer menyerang hingga 10 % dari orang berusia 65 tahun atau lebih, dan secara berangsur proporsi ini berlipat ganda setiap 10 tahun setelah usia 65 tahun. Dan sebanyak separuh dari populasi yang berusia 85 tahun atau lebih dapat dipastikan mengidap Alzheimer. Sementara, pada orang yang memiliki faktor genetik turunan / bawaan dari orang tua, penyakit i

Etiologi
Para ilmuwan percaya bahwa bagi kebanyakan orang, hasil penyakit Alzheimer dari kombinasi faktor genetik, gaya hidup dan lingkungan yang mempengaruhi otak dari waktu ke waktu. Kurang dari 5 persen dari waktu, Alzheimer disebabkan oleh perubahan genetik tertentu yang hampir menjamin seseorang akan mengembangkan penyakit.Meskipun penyebab Alzheimer belum sepenuhnya dipahami, efeknya pada otak jelas. Kerusakan penyakit Alzheimer dan membunuh sel-sel otak. Sebuah otak yang terkena penyakit Alzheimer memiliki banyak lebih sedikit sel dan sedikit banyak hubungan antara sel-sel hidup daripada otak yang sehat.Karena semakin banyak sel-sel otak mati, mengarah Alzheimer penyusutan otak yang signifikan. Saat dokter memeriksa jaringan otak Alzheimer di bawah mikroskop, mereka melihat dua jenis kelainan yang dianggap keunggulan dari penyakit:Plak. Ini gumpalan protein yang disebut beta-amyloid dapat merusak dan menghancurkan sel-sel otak dalam beberapa cara, termasuk mengganggu komunikasi sel-sel. Meskipun penyebab utama kematian sel otak pada Alzheimer tidak diketahui, koleksi beta-amyloid di luar sel-sel otak adalah tersangka utama.Kusut. Sel-sel otak tergantung pada dukungan internal dan sistem transportasi untuk membawa nutrisi dan bahan penting lainnya di seluruh ekstensi panjang mereka. Sistem ini membutuhkan struktur normal dan fungsi protein yang disebut tau. Dalam Alzheimer, benang protein tau memutar ke kusut yang abnormal di dalam sel otak, menyebabkan kegagalan sistem transportasi. Kegagalan ini juga sangat terlibat dalam penurunan dan kematian sel-sel otak.

Manifestasi Klinis
Pada awalnya, meningkatkan lupa atau kebingungan ringan mungkin satu-satunya gejala penyakit Alzheimer yang Anda perhatikan. Namun seiring waktu, penyakit ini merampas Anda lebih dari memori Anda, kenangan terutama baru-baru ini. Tingkat di mana gejala memburuk bervariasi dari orang ke orang. Jika Anda memiliki Alzheimer, Anda mungkin menjadi yang pertama untuk melihat bahwa Anda mengalami kesulitan mengingat hal-hal yang tidak biasa dan mengatur pikiran Anda. Atau Anda mungkin tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang salah, bahkan ketika perubahan yang terlihat untuk anggota keluarga, teman dekat atau rekan kerja.Perubahan otak yang terkait dengan penyakit Alzheimer menyebabkan meningkatnya masalah dengan:IngatanSetiap orang memiliki penyimpangan memori sesekali. Itu normal untuk kehilangan jejak di mana Anda meletakkan kunci Anda atau lupa nama seorang kenalan. Tapi kehilangan memori yang terkait dengan penyakit Alzheimer berlanjut dan memburuk, mempengaruhi kemampuan Anda untuk berfungsi di tempat kerja dan di rumah. Orang dengan Alzheimer mungkin:
  • Mengulangi pernyataan dan pertanyaan berulang-ulang, tidak menyadari bahwa mereka telah mengajukan pertanyaan sebelum
  • Lupa percakapan, janji atau peristiwa, dan tidak ingat mereka nanti
  • Secara rutin salah menaruhkan barang, sering menempatkan mereka di lokasi yang tidak logis
  • Akhirnya lupa nama-nama anggota keluarga dan benda sehari-hari
Disorientasi dan salah menafsirkan hubungan spasialOrang dengan penyakit Alzheimer mungkin kehilangan rasa hari apa itu, musim, di mana mereka berada atau bahkan keadaan hidup mereka saat ini. Alzheimer juga mengganggu kemampuan otak Anda untuk menafsirkan apa yang Anda lihat, sehingga sulit untuk memahami lingkungan Anda. Akhirnya, masalah ini dapat menyebabkan tersesat di tempat yang akrab.Berbicara dan menulisMereka dengan penyakit Alzheimer mungkin memiliki kesulitan menemukan kata yang tepat untuk mengidentifikasi objek, mengungkapkan pikiran atau mengambil bagian dalam percakapan. Seiring waktu, kemampuan untuk membaca dan menulis juga menurun.Berpikir dan penalaranPenyakit Alzheimer menyebabkan sulit berkonsentrasi dan berpikir, terutama tentang konsep-konsep abstrak seperti nomor. Ini mungkin menantang untuk mengelola keuangan, buku cek saldo, dan melacak tagihan dan membayar mereka tepat waktu. Kesulitan-kesulitan ini dapat berkembang menjadi ketidakmampuan untuk mengenali dan berurusan dengan angka.Membuat penilaian dan keputusanMenanggapi efektif untuk masalah sehari-hari, seperti makanan terbakar pada kompor atau situasi mengemudi tak terduga, menjadi semakin menantang.Perencanaan dan pelaksanaan tugas-tugas akrabSetelah kegiatan rutin yang membutuhkan langkah berurutan, seperti perencanaan dan memasak makan atau bermain game favorit, menjadi perjuangan sebagai penyakit berkembang. Akhirnya, orang-orang dengan canggih Alzheimer dapat lupa bagaimana melakukan tugas-tugas dasar seperti berpakaian dan mandi.Perubahan kepribadian dan perilakuPerubahan otak yang terjadi pada penyakit Alzheimer dapat mempengaruhi cara Anda bertindak dan bagaimana Anda merasa. Orang dengan Alzheimer mungkin mengalami:
    Depresi
    Penarikan sosial
    Perubahan suasana hati
    Ketidakpercayaan pada orang lain
    Lekas ​​marah dan agresivitas
    Perubahan kebiasaan tidur
    Pengembaraan
    Hilangnya hambatan
    Delusi

Patofisiologi 
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada penyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron yang tidak berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian dari suatu protein besar, protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.
Secara maskroskopik, perubahan otak pada penyakit Alzheimer melibatkan kerusakan berat neuron korteks dan hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah intracranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan morfologik (structural) dan biokimia pada neuron-neuron. Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit. Satu  tanda lesi pada AD adalah kekusutan neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari protein “tau”.  Dalam Sistem Saraf Pusat, protein tau sebagian besar sebagai penghambat pembentuk structural yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan merupakan  komponen penting dari sitokleton sel neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama-sama. Tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya masing-masing terluka. Dengan kolapsnya system transport internal, hubungan interseluler adalah yang pertama kali tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel.  Pembentukan neuron yang kusut dan berkembangnya neuron yang rusak menyebabkan Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat pada membrane neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi menjadi fragmen – fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya bercampur dengan sel – sel glia yang akhirnya membentuk fibril – fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan  radikal bebas sehingga mengganggu hubungan  intraseluler dan menurunkan  respon  pembuluh darah sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap stressor. Selain karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara neurokimia kelainan pada otak

Komplikasi dan Prognosis
Dari pemeriksaan klinis 42 penderita probable alzheimer menunjukkan bahwa nilai prognostik tergantung pada 3 faktor yaitu:
1.    Derajat beratnya penyakit;
2.    Variabilitas gambaran klinis;
3.    Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis kelamin.
Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling mempengaruhi prognostik penderita alzheimer. Pasien dengan penyakit alzheimer mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis dan biasanya meninggal dunia akibat infeksi sekunder.


Pengobatan
Pengobatan penyakit alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan patofisiologis masih belun jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dankeluarga. Pemberian obat stimulan, vitamin B, C, dan E belum mempunyai efek yang menguntungkan.
Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk pengobatan simptomatik penyakit alzheimer, dimana penderita alzheimer didapatkan penurunan kadar asetilkolin. Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase yang bekerja secara sentral seperti fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine). Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori danapraksia selama pemberian berlangsung. Beberapa peneliti menatakan bahwa obat-obatan anti kolinergik akan memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan penderita alzheimer.
Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis. Pemberian thiamin hydrochlorida dengan dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral, menunjukkan perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode yang sama.
Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar pada percobaan binatang. Tetapi pemberian 4000 mg pada penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.
Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan kerusakan noradrenergik kortikal. Pemberian klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alfa 2 reseptor agonis dengan dosis maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu, didapatkan hasil yang kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif.
Haloperiodol
Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah laku. Pemberian oral Haloperiod 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita alzheimer menderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic anti depresant (amitryptiline 25-100 mg/hari).
Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu subtrate endogen yang disintesa didalam miktokomdria dengan bantuan enzym ALC transferase. Penelitian ini menunjukkan bahwa ALC dapat meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase. Pada pemberian dosis 1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan, disimpulkan bahwa dapat memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi kognitif.



KONSEP KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Aktivitas/istirahat
Gejala : merasa lelah
Tanda : siang/malam gelisah tidak berdaya, gangguan pola tidur. Letargi: penurunan minat/perhatian pada aktivitas yang biaasa, hobi, ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/mengikuti acara program TV.
Sirkulasi
Gejala : riwayat penyakit vaskuler sentral serebral/sistemik, hipertensi, episode emboli (merupakan factor predisposisi).
Integritas ego
Gejala : Curiga atau takut situasi/orang khayalan. kehilanagan multiple, perubahan citra tubuh dan harga diri yang dirasakan.
Tanda : Duduk dan menonton yang lain. Menyembunyikan ketidakmampuan (banyak alas an tidak mampu untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun tanpa membacanya).
Eliminasi
Gejala : Dorongan berkemih (dapat mengindikasikan kehilangan tonus otot)
Gejala : Inkontinensia urine/fese, cenderung konstipasi/impaksi dengan diare.
Makanan/cairan
Gejala : Perubahan dalam pengecapan, napsu makan, mengingkari terhadap rasa lapar/kebutughan untuk makan. Kehilangan berat badan.
Tanda : Kehilangan kemampuan untuk mengunyah. Tampak semakin kurus (tahap usia lanjut)
Higiene
Gejala : perlu bantuan/tergantung pada orang lain.
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk. Lupa untuk pergi ke kamar mandi, lupa langkah-langkah yang perlu dillakukan untuk buang air, atau tidak dapat menemukan kamar mandi.
Neurosensori
Gejala : pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif, dan/atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondrial tentang kelelahan, diarea, pusing, atau kadang-kadang sakit kepala.
Tanda : kerusakan komunikasi : afasia dan diafasia, kesulitan dalam menemuklan kata-kata yang benar (terutama kata benda);bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti : terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar. 
Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius (mungkin menjadi factor predisposisi/factor akselerasinya). Trauma kecelakaan (jatuh, luka bakar)
Tanda : ekimosis, laserasi. rasa bermusuhan/menyerang orang lain.
Interaksi sosial
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan
Tanda : Kehilangan kontrol social, perilaku tidak tepat

DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Sindrom stress relokasi b/d perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
  2. Perubahan proses pikir b/d degenerasi/neuron ireversibel
  3. Perubahan sensori-persepsi b/d perubahan resepsi, transmisi dan/atau integritas sensori
  4. Perubahan pola tidur b/d perubahan pada sensori
  5. Kurang perawatan diri b/d penurunan kognitif/keterbatasan fisik.
  6. Perubahan pola eliminasi b/d ketidak mampuan menentukan letak kamar mandi/ mengenali kebutuhan
  7. Koping keluarga tak efektif b/d tingkah laku pasien yang tidak menentu.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Sindrom stress relokasi b/d perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
-Tempatkan pada ruangan pribadi jika mungkin dan bergabung dengan orang terdekat dalam aktivitas perawatan, waktu makan dst.
R : perawatan dirumah sakit mengubah aktivitas rutin pasien dapat menimbulkan peningkatan masalah tingkah laku bahkan pda orang dengan gangguan kognitif sekali pun.
-Tentukan jadwal aktivitas pasien yang wajar dan masukkan dalam kegiatan rutin rumah sakit sebisa mungkin.
R : konsistensi memberikan jaminan dan mungkin mengurangi kebingungan dan meningkatkan rasa kebersamaan.
-Berikan penjelasan, informasi yang menyenangkan mengenai kegiatan/peristiwa.
R : menurunkan “rasa terkejut”
-Pertahankan dalam keadaan tenang.
R : Menenangkan situasi dan memberi pasien waktu untuk memperoleh kendali terhadap perilaku dan emosinya.
-Beri dorongan dengan penggunaan sentuhan jika pasien tidak mengalami paranoid atau sedang mengalami agitasi sesaat.
R : Memberikamn keyakinan, menurunkan stress, meningkatkan kualitas hidup.

2.      Perubahan proses pikir b/d degenerasi/neuron ireversibel
-Lakukan pendekatan dengan cara perlahan dan tenang.
R : Pendekatan yang terburu-buru dapat mengancam pasien bingung yang mengalami kesalahan persepsi atau perasaan terancam oleh imajinasi orang dan/atau situasi tertentu.
-Tatap wajah ketika bercakap-cakap dengan pasien
R : Menimbulkan perhatian, terutama pada orang-orang dengan gangguabn perceptual.
-Panggil pasien dengan namanya.
R : Nama merupakan bentuk identitas diri dan menimbulkan pengenalan terhadap realita dan individu
-Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada pasien.
R : Meningkatkan kemungkinan pemahaman. Ucapan yang tingi dan suara yang keras menimbulkan stress/marah yang kemungkinan dapat mencetuskan memori konfrontasi sebelumnya dan menjadi provokasi respons marah.

3.      Perubahan sensori-persepsi b/d perubahan resepsi, transmisi dan/atau integritas sensori.
-Anjurkan untuk menggunakan kacamata, alat bantu pendengaran sesuai keperluan.
R : Dapat meningkatkan masukan sensori, membatasi/menurunkan kesalahan interpretasi stimulasi.
-Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau jika diperlukan seperti musik yang lembut, gambar/dinding cat sederhana.
R : Membantu untuk menghindari masukan sensori penglihatan/pendengaran yang berlebihan dengan mengutamakan kualitas yang tenang, konsisten.
-Tingkatkan keseimbangan fungsi fisiologis dengan menggunakan bola lantai, tangan menari dengan disertai musik
R : Menjaga mobilitas (yang dapat menurunkan risiko terjadinya atrofi atau osteoporosis pada tulang)dan memberikan kesempatan yang berguna untuk interksi dengan orang lain.
-Berikan sentuhan dalam cara perhatian
R : Dapat meningkatkan persepsi terhadap diri sendiri.

4.      Perubahan pola tidur b/d perubahan pada sensori
-Hindari penggunaan “pengikatan” secara terus menerus
R : Resiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat.
-Evaluasi tingkat stress/orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.
R : Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang tidak kooperatif dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas.
-Berikan makanan kecil sore harui, susu hangat, mandi dan masase punggung.
R : Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk.
-Berikan kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak,anjurkan latihan saat siang hari, turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hari.
R : Karena aktivitas fisik dan mentalyang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat meningkatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanps stimulasi berl;ebihan yang meningkatkan waktu tidur.

5.      Kurang perawatan diri b/d penurunan kognitif/keterbatasan fisik.
-Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/perawatan diri, seperti keterbatasan gerak fisik, apatis/depresi; penurunan kognitif atau temperatur ruangan.
R : Memahami penyebab yang mempengaruhi pilihan intervensi/strategi
-Perhatikan adanya tanda-tanda non-verbal yang fisiologis.
R : Kehilangan sensori dan penurunan fungsi bahasa mungkin menyebabkan pasien mengungkapkan kebutuhan perawatan diri dengan cara nonverbal, seperti terengah-engah.
-Beri banyak waktu untuk melakukan tugas.
R : Pekerjaan yang tadinya mudah (mis. Berpakaian, mandi) sekarang menjadi terhambat karena adanya penurunan keterampilan motorik dan perubahan kognitif dan perubahan fisik.
-Bantu untuk mengenakan pakaian yang rapi/berikan pakaian yang rapi dan indah.
R : Meningkatkan kepercayaan, dapat menurunkan perasaan kehilangan dan meningkatkan kepercayaan untuk hidup
-Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan dengan perawatan rambut/kuku/kulit bersihkan kacamata dan gosok gigi.
R : Sesuai dengan perkembangan penyakit, kebutuhan akan kebersihan dasar mungkin dilupakan.

6.      Perubahan pola eliminasi b/d ketidak mampuan menentukan letak kamar mandi/ mengenali kebutuhan
-Kaji pola sebelumnya dan bandingkan dengan pola yang sekarang.
R : Memberikan informasi mengenai perubahan yang mungkin memerlukan pengkajian/intervensi
-Letakkan tempat tidur dekat dengan kamar mandi jika memungkinkan. Buat tanda tertentu/pintu berkode khusus. Berikan cahaya yang cukup terutama malam hari.
R : Meningkatkan orientasi/penemuan kamar mandi. Inkontinensia mungkin disertai ketidakmampuan untuk menemukan tempat berkemih/defekasi.
-Buat program latiha defekasi/kandung kemih. Tingkatkan parttisipasi pasien sesuai tingkat kemampuannya.
R : Menstimulasi kesadaran pasien, meningkatkan pengaturan fungsi tubuh dan membantu menghindari kecelakaan.
-Hindari perasaan yang diburu-buru .
R : Hal yang terburu-buru tersebut dapat diterima sebagai suatu instruksi       yang menimbulkan keadaan marah dan tidak kooperatif dengan aktifitas.

7.      Koping keluarga tak efektif b/d tingkah laku pasien yang tidak menentu.
-Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan pasien di rumah.
R : Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
-Buat prioritas.
R : Membantu untuk membuat satu pesan tertentu dan memfasilitasi pemecahan masalah yang ada.
-Diskusikan kemungkinan adanya isolasi. Berikan penguatan kebutuhan terhadap system dukungan.
R : Kepercayaan bahwa individu dapat menemukan semua kebutuhan pasien meningkatkan risiko penyakit fisik/mental.
-Berikan impan balik  yang posistif terhadap setiap usaha yang dilakukannya.
R : Memberikan keyakinan pada individu bahwa mereka sedang melakukannya dengan cara yang terbaik.

EVALUASI
Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan diri sendiri.
Mampu mengidentifikasi dan menggunakan sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memberikan bantuan.
Mampu mengenali perubahan dalam berpikir/tingkah laku dan factor-faktor penyebab jika memungkinkan
Mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan, ancaman dan kebingungan
Mampu mendemonstrasikan respons yang meningkat/sesuai dengan stimulasi
Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran yang melayang-layang (melamun)
Mampu menerima kondisi orang yang dicintai dan mendemonstrasikan tingkah laku koping yang positif dalam mengatasi keadaan
Mampu menciptakan pola eliminasi yang adekuat/sesuai.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Brunner & suddarth,2002., Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Vol 1. Penerbit Buku Kedokteran,EGC.
  2. Price, Sylvia A, dan Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep klinis Proses-Proses penyakit. Jakarta: EGC
  3. Powell R. Don.Dr. 2003., 365 Tips Hidup Sehat. Delapratasa publishing.
  4. Doenges E. Marilynn,2000., Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran.EGC
  5. Sharon, Fish. 1994. Penyakit Alzheimer: Bagaimana Menjaga Diri Anda dan Orang yang Anda Kaihi. Jakarta: Gunung Mulia.
  6. Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta: EGC
    Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta : FKUI
  7. Price A.Sylvia.1995., Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
  8. Glenn Smith, Ph.D & Angela Lunde, 2013. http://www.mayoclinic.com/health/alzheimers-disease