Pengertian
Kawasaki disease (Penyakit Kawasaki) adalah suatu penyakit yang langka, dan
ditemukan pada anak-anak. Penyakit
Kawasaki merupakan penyakit yang melibatkan kulit, mulut, dan kelenjar getah
bening, dan paling sering mempengaruhi anak-anak di bawah usia 5
tahun. Penyakit Kawasaki ditemukan oleh
Dr. Tomisaku Kawasaki di Jepang pada tahun 1967 dan saat itu dikenal
sebagai Mucocutaneous Lymphnode Syndrome. Banyak masyarakat yang belum
mengetahui mengenai penyakit ini, bahkan para dokter pun ada yang belum
mengetahui tentang penyakit yang berbahaya bagi anak – anak ini. Hal ini
menyebabkan bayaknya kesalahan dan keterlambatan diagnosis yang dilakukan oleh
para dokter. Penampakkan penyakit ini dapat mengelabui mata sehingga dapat
terdiagnosis sebagai campak, alergi obat, infeksi virus atau bahkan penyakit
gondong.
Etiologi dan Patologi
Baru-baru ini penelitian menunjukkan
bahwa sejenis virus yang disebut coronavirus mungkin berperan atas
timbulnya penyakit ini, tetapi belum ada bukti yang dapat meyakinkan secara
pastinya penyebab penyakit ini. Sehingga cara pencegahan penyakit ini belum
diketahui. Penyakit ini lebih sering menyerang ras Mongol dan terutama
menyerang balita pada usia 1-2 tahun. Penyakit ini juga terbukti tidak
menular.
Kasus Kawasaki di Indonesia
tidakklah sedikit, tiap tahun akan ada 3300-6600 kasus Kawasaki Disease. Namun
kenyataannya kasus yang terdeteksi masih sangat jauh di bawah angka ini.
Terdeteksi sekitar 20%-40% nya mengalami kerusakan pada pembuluh koroner
jantung. Sebagian akan sembuh namun sebagian lain terpaksa menjalani hidup
dengan jantung yang cacat akibat aliran darah koroner yang terganggu. Sebagian
kecil akan meninggal akibat kerusakan jantung.
Jika dibiarkan, sindrom Kawasaki
dapat menyebabkan kerusakan jantung dan pembengkakkan pada pembuluh
darah menuju jantung (koroner) yang disebut aneurysm. Aneurysm pada
arteri koroner disebabkan oleh radang pada pembuluh arteri tersebut disebut vasculitis.
Inilah yang membuat sindrom Kawasaki menjadi penyebab utama timbulnya penyakit
jantung bawaan (PJB). Bila terjadi aneurysm, perkembangannya akan
berlangsung dalam seminggu setelah gejala-gejala demam dan yang lainnya
bermula. Jika tindakan perawatan dilakukan kurang dari 10 hari, maka komplikasi
ke jantung akan dapat dicegah. Itu sebabnya diagnosa awal terhadap penyakit ini
akan sangat banyak membantu. Berita baiknya adalah, bila mendapat perawatan
sesegera mungkin, hanya sekitar 5-10% dari seluruh kasus sindrom Kawasaki yang
akan berkembang menjadi masalah jantung.
Gejala Klinis
- Demam tinggi (lebih dari 39 ° C bahkan mencapai 41° C yang biasanya berlangsung selama lebih dari 5 hari jika dibiarkan tidak diobati.
- Mata merah tanpa nanah atau drainase, juga dikenal sebagai "injeksi konjungtif"
- Lidah merah menyerupai stroberi (strawberry tangue), bibir juga merah dan kadang pecah – pecah bahkan bisa berdarah
- Merah telapak tangan dan telapak kaki
- Ruam pada kulit dengan berbagai bentuk, tapi tidak vesikular (seperti blister)
- Pembengkakan kelenjar getah bening di salah satu leher sehingga kadang diduga penyakit gondong (parotitis)
- Sakit sendi (arthralgia) dan pembengkakan, sering simetris
- Tachycardia (Detak jantung lebih cepat)
- Desquamation atau telapak tangan dan telapak kaki mengupas
- mungkin sulit bernapas.
- Trombosit mencapai 2.000.000 /mm3
Komplikasi
Kasus yang tidak
diobati dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius, seperti vaskulitis,
peradangan pada pembuluh darah. Ini
akan sangat berbahaya karena dapat mempengaruhi arteri koroner, yang memasok
darah ke jantung.
Selain arteri koroner, otot jantung, lapisan, katup, dan membran luar yang mengelilingi jantung bisa menjadi meradang. Aritmia (perubahan dalam pola normal detak jantung) atau fungsi abnormal beberapa katup jantung juga dapat terjadi.
Selain arteri koroner, otot jantung, lapisan, katup, dan membran luar yang mengelilingi jantung bisa menjadi meradang. Aritmia (perubahan dalam pola normal detak jantung) atau fungsi abnormal beberapa katup jantung juga dapat terjadi.
Pengobatan
Penderita harus dirawat inap di
rumah sakit dan mendapat pengawasan dari dokter ahli jantung anak
- Pemberian obat Imunoglobulin 2 gram/ kg BB secara infus selama 10-12 jam
- Asetol / Aspirin dosis tinggi
- Warfarin
- Pemeriksaan jantung sangat penting termasuk EKG dan Ekokardiografi (USG jantung)
- Kadang dapat dilakukan ultrafast CT Scan, MRA (Magnetic Resonance Angiography)
- Kateterasi jantung diperlukan pada kasus yang berat
Imunoglobulin adalah obat yang didapat dari plasma donor darah ampuh
untuk meredakan gejala Kawasaki Disease maupun menekan resiko kerusakan jantung
namun harga yang mahal menjadi kendala. Harga satu gram berkisar satu juta
rupiah. Penderita Kawasaki Disease membutuhkan imunoglobulin 2 gram per kg
berat badannya.
Penderita juga diberikan asam
salisilat untuk mencegah kerusakan jantung dan sumbatan pembuluh koroner. Jika
dengan pengobatan obat tidak berhasil, kadang diperlukan operasi pintas koroner
(coronary bypass) atau bahkan
transplantasi jantung.
Pemeriksaan laboratorium untuk
penyakit ini tidak ada yang khas. Biasanya jumlah sel darah putih, laju endapan
darah dan C Reactive protein meningkat pada fase akut. Pada fase penyembuhan,
trombosit darah meningkat dan ini akan memudahkan terjadinya trombus atau
bekuan darah yang menyumbat pembuluh koroner jantung. Penyakit Kawasaki
ditemukan pada umur seorang bayi termuda yaitu 1 bulan dan ditemukan di Jepang
pada seorang wanita yang berumur 37 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
- http://www.news-medical.net/health/Kawasaki-Disease-Symptoms-%28Indonesian%29.aspx
- http://medicalstuttering.com/wp-content/uploads/2013/03/Kawasaki-Disease.jpg
- http://kidshealth.org/parent/medical/heart/kawasaki.html
- http://herwin.wordpress.com/2008/07/28/kawasaki-serang-anak-anak-indonesia/
- http://penyakitkawasaki.net/